Sejarah Desa Tanjungkarang
Menurut para tokoh dan sepuh di Desa Tanjungkarang, sejarah desa ini tak bisa dilepaskan dari peran penting seorang tokoh bernama Ki Ageng Suryo Kusumo. Beliau adalah seorang penyebar agama Islam yang datang ke daerah ini pada abad ke-16. Kedatangannya membawa pencerahan spiritual dan ajaran-ajaran baru yang kemudian diterima oleh masyarakat setempat.
Awalnya, daerah ini adalah hutan belantara yang dipenuhi pohon-pohon besar dan ditumbuhi semak belukar. Ki Ageng Suryo Kusumo, dengan ilmu dan kesaktiannya, mulai membuka lahan untuk dijadikan tempat tinggal dan lahan pertanian. Berkat kerja kerasnya dan para pengikutnya, terbentuklah sebuah perkampungan kecil.
Nama Tanjungkarang sendiri memiliki makna filosofis yang mendalam. Kata "tanjung" merujuk pada sebuah daratan yang menjorok ke sungai, sementara "karang" melambangkan kekuatan dan keteguhan hati. Nama ini diberikan karena desa ini terletak di tanjung yang dikelilingi oleh dua sungai besar, serta untuk mengingatkan warganya agar selalu memiliki keteguhan hati dalam menghadapi cobaan.
Seiring berjalannya waktu, desa ini terus berkembang. Masyarakatnya hidup rukun dan damai. Mereka terkenal sebagai petani yang gigih dan religius. Ki Ageng Suryo Kusumo dimakamkan di sebuah bukit yang kini menjadi petilasan dan sering dikunjungi oleh peziarah. Keberadaan makam ini menjadi bukti nyata dan pengingat akan sejarah panjang dan nilai-nilai luhur yang ditanamkan oleh para pendahulu. Hingga saat ini, tradisi dan budaya yang diwariskan masih terus dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat Desa Tanjungkarang.